Jumat, 14 Desember 2018

seminar dosen mahasiswa

 



Publikasi hasil penelitian dosen dalam kegiatan seminar dosen mahasiwa STIKes Respati

Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh dosen yang telah selesai penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, kegiatan ini dilaksanakan sebulan 2 kali yaitu pada kegiatan kemahasiswaan yang dilaksanakan pada hari Jumat pekan ke 2 dan 4

Dalam kegiatan ini, dosenn diwajibkan sharing hasil penelitian maupun abdimas yang telah dilaksanakan oleh dosen sebagai salah satu upaya pemenuhan standar hasil penelitian wajib disebarluaskan

Minggu, 04 November 2018

Pojok artikel ilmiah "Mitos dan Fakta masa kehamilan"

 

Pojok Artikel Ilmiah

Mitos dan Fakta masa kehamilan

Oleh

Chanty Yunie HR, SST,Mkes

 Dosen Tetap D III Kebidanan

 

Sebagai salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang terintegrasi dengan mata kuliah yang diampu dapat dilihat dari pengembangan capaian pembelajaran mahasiswa yaitu memahami tentang mitos dan fakta pada fase kehamilan.

Pada awal prasejarah kemampuan manusia masih terbatas, baik keterbatasan pada peralatan maupun keterbatasan pemikiran. Keterbatasan itu menyebabkan pengamalan menjadi kurang seksama, dan cara pemikiran yang sederhana menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang kurang tepat, hal inilah penyebab kenapa mitos di masyarakat berkembang dan cenderung diyakini. Sebagai bidan atau tenaga kesehatan lainnya tentunya ini menjadi salah satu kewajiban kita untuk melakukan edukasi kesehatan agar mitos yang merugikan kesehatan ibu hamil yang merugikan dapat dicegah sehingga membentuk perilaku yang sehat

Kehamilan adalah fase kehidupan yang dari mulai masa konsepsi sampai dengan lahirnya janin, di fase ini masyarakat banyak sekali mitos yang berkembang pada masyarakat baik itu larangan atau pantangan, mari kita kenali mitos pada masa kehamilan berikut ini

1. Mitos jenis kelamin bayi berdasarkan bentuk perut dan denyut jantung janin

Ibu hamil yang perutnya melebar ke samping akan memiliki bayi perempuan, sedangkan jika meruncing ke depan akan memiliki bayi laki-laki. Dikatakan juga bahwa jika detak jantung janin di atas 140 per menit, maka jenis kelaminnya adalah perempuan. Sedangkan jika detak jantungnya kurang dari 140 per menit, maka ia berjenis kelamin laki-laki.

Faktanya?

Bentuk perut ibu hamil tidak dapat dijadikan penentu jenis kelamin bayi di dalam kandungan. Selain itu, belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori penentuan jenis kelamin bayi berdasarkan denyut jantung janin. Detak jantung janin yang normal adalah antara 120 - 160 kali per menit. Denyut jantung janin bisa berbeda setiap kali pemeriksaan kehamilan rutin. Hal ini dikarenakan denyut jantung janin dipengaruhi oleh usia kehamilan dan aktivitas janin pada saat pemeriksaan.

Untuk mengetahui jenis kelamin bayi di dalam kandungan, dapat dilakukan pemeriksaan USG kehamilan saat usia kehamilan sudah lebih dari 18 minggu.

2. Mitos melihat gerhana bulan ketika hamil

Bila ibu hamil melihat gerhana bulan, bayi di dalam kandungannya akan lahir dengan kondisi bibir sumbing.

Faktanya?

Bibir sumbing terjadi karena adanya kelainan genetik, infeksi selama hamil, kekurangan nutrisi tertentu, misalnya asam folat, atau kebiasaan merokok saat hamil. Jadi, bibir sumbing pada bayi tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan bulan.

 

3. Mitos wanita hamil sebaiknya tidak mandi terlalu sering

Konon, ibu hamil tidak boleh mandi terlalu sering, karena kotoran yang ada di air akan meresap ke dalam tubuh ibu dan membuat bayi terkontaminasi.

Faktanya?

Mitos tersebut jelas tidak benar. Bayi terlindungi oleh selaput lendir dan ketuban yang membungkus rahim, sehingga kotoran dari luar tubuh ibu tidak akan sampai ke tubuh bayi.

4. Mitos ibu hamil makan untuk dua orang

Banyak orang yang menganjurkan agar ibu hamil makan lebih banyak. Katanya, ibu hamil harus makan untuk porsi dua orang.

Faktanya?

Pada saat hamil, wanita hanya membutuhkan kalori tambahan sebesar 300 kalori per hari untuk menunjang pertumbuhan bayi. Kalori ekstra ini bisa didapatkan dari segelas susu skim dan 60 gram keju atau 4 porsi sayur dan buah. Jadi, jangan sampai Anda menambahkan kalori secara berlebihan. Selain dapat menyebabkan obesitas yang bisa berdampak buruk pada kehamilan, Anda juga akan kesulitan untuk membuang kalori dan menurunkan berat badan setelah melahirkan.

5. Mitos larangan naik pesawat ketika hamil

Naik pesawat akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan akibat radiasi, baik dari mesin pemindai di bandara maupun karena ketinggian.

Faktanya?

Mesin pemeriksa yang menggunakan sinar-X di bandara dan pesawat yang terbang pada ketinggian tertentu memang memancarkan radiasi. Namun, tingkat radiasi tersebut terbilang sangat kecil dan tidak cukup untuk menembus masuk ke dalam tubuh, sehingga tidak akan mengganggu bayi yang ada di dalam kandungan.

6.  Mitos berhubungan intim saat hamil

Berhubungan seksual saat hamil dapat membahayakan kehamilan dan janin di dalam kandungan.

Faktanya?

Hubungan seksual tidak akan membahayakan bayi di dalam kandungan karena bayi terlindung oleh kantong dan cairan ketuban, otot rahim yang kuat, serta lapisan lendir tebal di mulut rahim. Orgasme juga tidak menyebabkan keguguran karena kontraksi otot pada saat orgasme berbeda dengan kontraksi ketika melahirkan.

Namun bagi ibu hamil yang berisiko mengalami keguguran atau persalinan prematur, dan ibu hamil dengan perdarahan dari vagina tanpa sebab yang jelas, disarankan untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter. Kemungkinan dokter akan menganjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual dulu selama beberapa waktu.

Sebenarnya, hal yang perlu diwaspadai ibu hamil dalam melakukan hubungan seks adalah penyakit menular seksual, seperti HIV, klamidia, kutil, atau herpes. Jika ibu hamil terinfeksi penyakit tersebut, maka besar kemungkinan bayi akan terinfeksi juga.

7. Mitos nyeri ulu selama hamil berhubungan dengan ketebalan rambut janin

Konon, jika ibu hamil mengalami nyeri ulu hati alias heartburn selama masa kehamilan, maka janin akan terlahir dengan rambut tebal.

Faktanya?

Jawabannya mungkin saja iya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika wanita hamil mengalami nyeri ulu hati yang cukup berat, janin yang dilahirkan cenderung akan memiliki rambut tebal.

Para peneliti menduga hal ini ada kaitannya dengan hormon kehamilan yang berperan terhadap pertumbuhan rambut janin, namun juga menyebabkan nyeri ulu hati pada ibu hamil. Walau demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hubungan antara keduanya.

Jumat, 12 Oktober 2018

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat " Deteksi dini dan pencegahan permasalahan gizi pada anak sekolah di SMK Nuansa "

 





Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat bertema " Deteksi dini dan pencegahan permasalahan gizi pada anak sekolah di SMK Nuansa " dilaksanakan oleh dosen program studi S1 Kesehatan masyarakat dan mahasiswa di SMK Nuansa pada bulan Oktober tahun 2018

Kegiatan ini bertujuan untuk mendeteksi dini permasalahan gizi pada anak sekolah seperti anemia dan KEK serta upaya pencegahannnya melalui pola makan yang sehat pada remaja

Jumat, 05 Oktober 2018

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Prodi S1 Kesehatan Masyarakat

 PENERAPAN PHBS SEKOLAH DI SDN CINTARAJA

Penerapan perilaku hidup bersih di sekolah melalui kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Dosen Kesehatan Masyarakat Sinta Fitriani, SKM,MKM dan dosen D III Kebidanan Fenty Agustini, SST, M Kes bersama 10 orang mahasiswa dari kedua program studi

Pojok Artikel ilmiah " MEMAHAMI TUJUAN KELUARGA BERENCANA DAN JENIS ALAT KONTRASEPSI"

 

Pojok Artikel Ilmiah

 

 

 


MEMAHAMI TUJUAN KELUARGA BERENCANA DAN JENIS ALAT KONTRASEPSI

Oleh

Annisa Rahmidini, SST,MKeb

Dosen Tetap D III Kebidanan

 

Tujuan  program  KB    yaitu  untuk  menurunkan  angka  kelahiran  yang  bermakna,  untuk  mencapai  tujuan  tersebut  maka  diadakan  kebijakaan  yang  dikategorikan  dalam  tiga  fase  (menjarangkan,  menunda,  dan  menghentikan)  maksud  dari  kebijakaan  tersebut  yaitu  untuk  menyelamatkan  ibu  dan  anak  akibat  melahirkan  pada  usia  muda,  jarak  kelahiran  yang  terlalu  dekat  dan  melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002)

Berdasarkan riset yang dilakukan penulis pada tahun 2017 didapatkan data bahwa akseptor KB dalam memilih jenis alat kontrasepsi kurang mempertimbangkan tujuan dalam mengikuti program KB, misalnya akseptor KB memiliki tujuan mengakhiri masa kesuburan akan tetapi masih memilih alat kontrasepsi jangka pendek dengan pertimbangan pembiayaan, selain itu juga terdapat beberapa akseptor KB yang memiliki tujuan menunda kehamilan akan tetapi memilih alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan akseptor KB yang masih kurang juga dipengaruhi oleh trend saat ini, sehingga tugas kita sebagai tenaga kesehatan perlu melakukan edukasi kesehatan agar masyarakat dapat memilih alat kontrasepsi sesuai dengan tujuan KB.

Berikut tujuan KB dan jenis alat kontrasepsi

1.       Menunda kehamilan

Fase  menunda  kehamilan  bagi  Pasangan  Usia  Subur  yang istrinya  berusia kurang  dari  20  tahun  dianjurkan  untuk menunda kehamilannya. Hal ini karena kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun merupakan  kehamilan  resiko  tinggi.  Pada  pasangan  ini  frekuensi sanggamanya  masih  tinggi  sehingga  dianjurkan  menggunakan  alat kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi.

Pada fungsi untuk menunda kehamilan, ada beberapa jenis kontrasepsi yang bisa digunakan. Menurut urutan prioritasnya, untuk menunda kehamilan dapat menggunakan pil, dan  kondom.

 

Pil KB yang umumnya digunakan adalah pil KB kombinasi yang mengandung hormon estrogen dan progestin untuk mencegah pembuahan. Sedangkan kondom umumnya terbuat dari lateks yang mudah ditemukan di berbagai apotek maupun produk kesehatan.

 

2.       Menjarangkan kelahiran

Pada pasangan yang usia istrinya antara 20-35 tahunmerupakan periode  yang  paling  baik untuk  melahirkan,  dengan  jumlah  anak  2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Pada pasangan ini, segera setelah anak pertama lahir dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi  yang  efektifitasnya  cukup  tinggi  dan  resersibilitas  cukup tinggi, karena masih mengharapkan punya anak lagi

Selanjutnya, pada fungsi untuk menjarangkan kehamilan kamu bisa menggunakan beberapa jenis alat kontrasepsi berikut Toppers. Menurut prioritasnya dalam menjarangkan kehamilan, pilihlah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) seperti IUD atau populer disebut KB spiral.

 

KB Spiral umumnya dapat bertahan selama 5-10 tahun. Meski begitu, pemasangan alat kontrasepsi ini harus dengan tenaga kesehatan. Bila dirasa takut untuk menggunakan AKDR, kamu juga bisa memilih jenis kontrasepsi lainnya seperti suntik maupun mengkonsumsi minipil. Minipil ini berbeda dengan pil KB kombinasi. Dosis progestin dalam minipil jauh lebih rendah, daripada pil KB kombinasi. Namun, jenis kontrasepsi ini masih terbilang ampun untuk menjarangkan kehamilan.

 

3.       Mengakhiri masa kesuburan

Periode  umur  isteri  diatas  35  tahun  sebaiknya  menghentikan kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak. Hal ini karena kehamilan pada usia diatas 35 tahun merupakan resiko tinggi. Pada pasangan ini dianjurkan  untuk  menggunakan  alat  kontrasepsi  yang  efektifitasnya tinggi, dapat dipakai jangka panjang serta tidak mengganggu kesehatan pada masa tua.

Ada pula jenis alat kontrasepsi yang diperuntukkan untuk membuat tidak hamil lagi. Dalam hal ini, perlu ditekankan ini diberikan bagi keluarga yang sudah memiliki 3 anak atau lebih. Menurut prioritasnya, ada beberapa jenis kontrasepsi yang dapat digunakan seperti sterilisasi, AKDR, juga implan. Jenis kontrasepsi KB steril atau tubektomi ini sifatnya permanen alias tidak bisa dihentikan. Pada kontrasepsi jenis ini nantinya saluran tuba falopi wanita akan dipotong atau diikat agar sel sperma tidak mampu mencapai tuba falopi dan membuahi sel telur.

 

Sedangkan implan atau umumnya dikenal dengan KB susuk, yakni kontrasepsi yang merupakan tabung plastik kecil seukuran korek api berisi hormon untuk mencegah kehamilan. Progestin yang terdapat pada implan akan menebalkan lendir di sekitar leher rahim dan mencegah sperma untuk memasuki rahim.

 

Memilih alat kontrasepsi membutuhkan upaya kesepakatan bersama pasangan, mari kita wujudkan keluarga sehat dan sejahtera dengan mengikuti program KB dan tepat dalam memilih jenis alat kontrasepsi!

Kamis, 20 September 2018

Pojok artikel ilmiah " MENGENALI TANDA BAHAYA PERSALINAN "

 

Pojok Artikel Ilmiah

MENGENALI TANDA BAHAYA PERSALINAN

 

 



Oleh

Widya Maya Ningrum, SST,MKes

Dosen Tetap D III Kebidanan

 

Salah satu tugas seorang bidan adalah sebagai promotor kesehatan, dimana bidan dituntut untuk bisa melakukan edukasi kesehatan pada masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui serta melakukan upaya pencegahan resiko salah satunya adalah mencegah resiko bahaya pada masa persalinan.

Yuk kita kenali bahaya apa saja yang ada pada masa persalinan !

1. Preeklamsia

Mengecek tekanan darah ibu hamil

Tekanan darah tinggi termasuk tanda bahaya karena berarti pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah dari jantung ke plasenta menjadi lebih sempit.Tak hanya itu, tekanan darah tinggi juga berkaitan dengan risiko komplikasi lain seperti preeklamsia. Kondisi ini membuat ibu hamil rentan melahirkan sebelum hari perkiraan lahir atau prematur. Umumnya, preeklamsia terjadi pada usia kehamilan awal hingga 20 minggu.

Apa yang harus dilakukan ?

Jawabnya lakukan pengecekan  tekanan darah ibu hamil secara rutin di pelayanan kesehatan

 

2. Posisi bayi

Tanda bahaya persalinan adalah ketika bayi keluar dengan posisi kaki lebih dulu daripada kepala. Sebagian besar bayi yang berada di posisi ini akan dilahirkan dengan cara operasi, utamanya jika dokter mendeteksi janin stres atau terlalu besar untuk bisa dikeluarkan lewat vagina.Bayi yang terlilit tali pusar juga bisa menjadi alasan dokter memutuskan persalinan lewat operasi C-section. Utamanya jika tali pusar melilit leher bayi, tertekan, atau keluar lebih dulu sebelum bayi.

3. Perdarahan berlebih

Umumnya, perempuan akan kehilangan 500 ml darah saat persalinan bayi tunggal lewat vagina. Ketika persalinan dilakukan lewat operasi C-section, volume darah yang hilang sekitar 1.000 ml. Perdarahan bisa terjadi setelah plasenta keluar dari tubuh mengingat kontraksi rahim terlalu lemah dan tidak bisa menekan pembuluh darah yang menjadi tempat melekatnya plasenta.Konsekuensi yang mungkin terjadi adalah tekanan darah rendah, gagal organ, hingga kematian. Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko ini seperti placenta previa, hipertensi, hingga proses persalinan yang terlalu lama.

4. Persalinan terlalu lama

Kondisi prolonged labor terjadi ketika fase mulai dari pembukaan hingga persalinan berlangsung terlalu lama, yaitu lebih dari 20 jam untuk kehamilan pertama. Sementara untuk kehamilan berikutnya, rentangnya adalah lebih dari 14 jam.Wajar jika persalinan lama terutama di fase pembukaan. Namun apabila prolonged labor terjadi pada fase pembukaan aktif, mungkin saja perlu intervensi medis. Penyebab persalinan terlalu lama beragam, mulai dari pembukaan serviks yang lambat, ukuran bayi terlalu besar, kehamilan kembar, serta faktor emosional seperti rasa stres dan takut.

5. Rahim robek

Rahim robek atau uterine rupture bisa terjadi apabila seseorang pernah menjalani persalinan C-section sebelumnya. Ada kemungkinan luka ini terbuka saat persalinan berikutnya. Jika ini terjadi, bayi berisiko mengalami kekurangna oksigen. Selain itu, ada risiko ibu mengalami perdarahan berlebih.Usia kehamilan di atas 35 tahun, ukuran bayi, serta pemberian induksi juga dapat berpengaruh terhadap kondisi ini.

6. Plasenta tertahan

Idealnya, tubuh ibu akan mengeluarkan plasenta dalam waktu 30 menit setelah mengeluarkan bayi. Jika lebih dari itu, disebut retained placenta. Kondisi ini dapat mengancam nyawa serta menyebabkan komplikasi bagi sang ibu, termasuk infeksi dan perdarahan berlebih.Mengeluarkan plasenta sama pentingnya seperti melahirkan bayi, agar rahim bisa berkontraksi dan perdarahan berhenti. Jika tidak berhasil dikeluarkan, pembuluh darah tempat organ melekat akan terus berdarah. Rahim pun tak bisa menutup sempurna sehingga risiko kehilangan darah dalam jumlah banyak bisa berbahaya.

7. Kejang

Ibu hamil bisa mengalami kejang saat proses persalinan dengan tahapan seperti tatapan mata kosong, kewaspadaan menurun, hingga tubuh bergerak tak terkendali. Istilah medis untuk kondisi ini adalah eclampsia. Ini merupakan komplikasi serius dari preeklamsia. Seseorang bisa mengalaminya meski tidak pernah kejang sebelumnya.