Pojok Artikel
Ilmiah
Mitos
dan Fakta masa kehamilan
Oleh
Chanty Yunie HR, SST,Mkes
Dosen Tetap D III Kebidanan
Sebagai
salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang terintegrasi dengan mata
kuliah yang diampu dapat dilihat dari pengembangan capaian pembelajaran
mahasiswa yaitu memahami tentang mitos dan fakta pada fase kehamilan.
Pada
awal prasejarah kemampuan manusia masih terbatas, baik keterbatasan pada
peralatan maupun keterbatasan pemikiran. Keterbatasan itu menyebabkan
pengamalan menjadi kurang seksama, dan cara pemikiran yang sederhana
menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang kurang tepat,
hal inilah penyebab kenapa mitos di masyarakat berkembang dan cenderung
diyakini. Sebagai bidan atau tenaga kesehatan lainnya tentunya ini menjadi
salah satu kewajiban kita untuk melakukan edukasi kesehatan agar mitos yang
merugikan kesehatan ibu hamil yang merugikan dapat dicegah sehingga membentuk
perilaku yang sehat
Kehamilan
adalah fase kehidupan yang dari mulai masa konsepsi sampai dengan lahirnya janin,
di fase ini masyarakat banyak sekali mitos yang berkembang pada masyarakat baik
itu larangan atau pantangan, mari kita kenali mitos pada masa kehamilan berikut
ini
1. Mitos jenis kelamin
bayi berdasarkan bentuk perut dan denyut jantung janin
Ibu
hamil yang perutnya melebar ke samping akan memiliki bayi perempuan, sedangkan
jika meruncing ke depan akan memiliki bayi laki-laki. Dikatakan juga bahwa jika
detak jantung janin di atas 140 per menit, maka jenis kelaminnya adalah
perempuan. Sedangkan jika detak jantungnya kurang dari 140 per menit, maka ia
berjenis kelamin laki-laki.
Faktanya?
Bentuk
perut ibu hamil tidak dapat dijadikan penentu jenis kelamin bayi di dalam
kandungan. Selain itu, belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori penentuan
jenis kelamin bayi berdasarkan denyut jantung janin. Detak jantung janin yang
normal adalah antara 120 - 160 kali per menit. Denyut jantung janin bisa
berbeda setiap kali pemeriksaan kehamilan rutin. Hal ini dikarenakan denyut
jantung janin dipengaruhi oleh usia kehamilan dan aktivitas janin pada saat
pemeriksaan.
Untuk
mengetahui jenis kelamin bayi di dalam kandungan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG kehamilan saat usia kehamilan sudah lebih dari 18 minggu.
2. Mitos melihat gerhana
bulan ketika hamil
Bila
ibu hamil melihat gerhana bulan, bayi di dalam kandungannya akan lahir dengan
kondisi bibir sumbing.
Faktanya?
Bibir
sumbing terjadi karena adanya kelainan genetik, infeksi selama hamil,
kekurangan nutrisi tertentu, misalnya asam folat, atau kebiasaan merokok saat
hamil. Jadi, bibir sumbing pada bayi tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan
bulan.
3. Mitos wanita hamil
sebaiknya tidak mandi terlalu sering
Konon,
ibu hamil tidak boleh mandi terlalu sering, karena kotoran yang ada di air akan
meresap ke dalam tubuh ibu dan membuat bayi terkontaminasi.
Faktanya?
Mitos
tersebut jelas tidak benar. Bayi terlindungi oleh selaput lendir dan ketuban
yang membungkus rahim, sehingga kotoran dari luar tubuh ibu tidak akan sampai
ke tubuh bayi.
4. Mitos ibu hamil makan
untuk dua orang
Banyak
orang yang menganjurkan agar ibu hamil makan lebih banyak. Katanya, ibu hamil
harus makan untuk porsi dua orang.
Faktanya?
Pada
saat hamil, wanita hanya membutuhkan kalori tambahan sebesar 300 kalori per
hari untuk menunjang pertumbuhan bayi. Kalori ekstra ini bisa didapatkan dari
segelas susu skim dan 60 gram keju atau 4 porsi sayur dan buah. Jadi, jangan
sampai Anda menambahkan kalori secara berlebihan. Selain dapat menyebabkan
obesitas yang bisa berdampak buruk pada kehamilan, Anda juga akan kesulitan
untuk membuang kalori dan menurunkan berat badan setelah melahirkan.
5. Mitos larangan naik
pesawat ketika hamil
Naik
pesawat akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan akibat
radiasi, baik dari mesin pemindai di bandara maupun karena ketinggian.
Faktanya?
Mesin
pemeriksa yang menggunakan sinar-X di bandara dan pesawat yang terbang pada
ketinggian tertentu memang memancarkan radiasi. Namun, tingkat radiasi tersebut
terbilang sangat kecil dan tidak cukup untuk menembus masuk ke dalam tubuh,
sehingga tidak akan mengganggu bayi yang ada di dalam kandungan.
6. Mitos berhubungan intim saat hamil
Berhubungan
seksual saat hamil dapat membahayakan kehamilan dan janin di dalam kandungan.
Faktanya?
Hubungan
seksual tidak akan membahayakan bayi di dalam kandungan karena bayi terlindung
oleh kantong dan cairan ketuban, otot rahim yang kuat, serta lapisan lendir
tebal di mulut rahim. Orgasme juga tidak menyebabkan keguguran karena kontraksi
otot pada saat orgasme berbeda dengan kontraksi ketika melahirkan.
Namun
bagi ibu hamil yang berisiko mengalami keguguran atau persalinan prematur, dan
ibu hamil dengan perdarahan dari vagina tanpa sebab yang jelas, disarankan
untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter. Kemungkinan dokter akan menganjurkan
untuk tidak melakukan hubungan seksual dulu selama beberapa waktu.
Sebenarnya,
hal yang perlu diwaspadai ibu hamil dalam melakukan hubungan seks adalah
penyakit menular seksual, seperti HIV, klamidia, kutil, atau herpes. Jika ibu
hamil terinfeksi penyakit tersebut, maka besar kemungkinan bayi akan terinfeksi
juga.
7. Mitos nyeri ulu selama
hamil berhubungan dengan ketebalan rambut janin
Konon,
jika ibu hamil mengalami nyeri ulu hati alias heartburn selama masa kehamilan,
maka janin akan terlahir dengan rambut tebal.
Faktanya?
Jawabannya
mungkin saja iya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika wanita hamil
mengalami nyeri ulu hati yang cukup berat, janin yang dilahirkan cenderung akan
memiliki rambut tebal.
Para
peneliti menduga hal ini ada kaitannya dengan hormon kehamilan yang berperan
terhadap pertumbuhan rambut janin, namun juga menyebabkan nyeri ulu hati pada
ibu hamil. Walau demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
memastikan hubungan antara keduanya.